sesungguhnya suara itu takbisa diredam mulut bisa dibungkam namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku
suara-suara itu tak bisa dipenjarakan di sana bersemayam kemerdekaan apabila engkau memaksa diam
aku siapkan untukmu : pemberontakkan!
sesungguhnya suara itu bukan perampok yang merayakan hartamu ia ingin bicara mengapa kaukokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu menuntut keadilan?
sesungguhnya suara itu akan menjadi kata ia yang mengajari aku untuk bertanya dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya apabila engkau tetap bertahanaku akan memburumu seperti kutukan

Label

SEARCHING BAND

17/12/11

HOMICIDE Lirik Godzkilla Necronometry

like this and download . . .. !!
----------------------------------------------------------------------------------------------------

BOOMBOX MONGER

jika konsumen adalah raja maka industri adalah Kasparov/ dan setiap vanguard lapangan tak lebih Lenin dari Ulyanov/ mencari poros molotov / yang tak lebih busuk dari kritik kapitalisme George Soros / senyawa dari nyawa kreator dan sendawa para insureksionis berkosmos / ruang diluar buruh dan boss, dan kertas Pemilu yang kau coblos / dimana komrad ku mengganti logos dan kamus dengan batu Sisifus / memutus selang infus negara dan institusi sampai mampus / pada lahan bertendensi kooptasi Sony dan empty-V dan para radio penyedot phallus / fasis bertitah 'harus', mengayunkan pedang pada sayap setiap Ikarus / dengan hirarki dalam modus operandi layak Kopassus / microphone bagi kami adalah pemisah kalam dengan pembebasan yang mengkhianati / milisi tanpa seragam koloni, hiphop philantrophy seperti Upski / resureksi boombox yang sama pada Madison Park awal delapan puluhan / membawa ribuan playlist dari Chiapas, Kosovo dan Jalur Gaza / Seattle dan Praha, Checnya, Genoa, Yerusalem, Dili dan Tripoli / untuk api militansi aktivisme yang meredup pasca molotov terakhir terlempar di Semanggi / obituari dari lini terdepan milisi pada garis batas demarkasi / jelaga resistansi lulabi penghitam langit tanpa teritori / logika tanpa kuasa perwakilan yang layak dikremasi / ketika senjata bermediasi, ketika ekonomi dan valas berubah sosok menjadi tirani / jelajahi setiap kemungkinan dengan kain kafan modernisasi / prosa beraliansi dengan / dekonstruksi surga-neraka rakitan, militansi tanpa puritan / Verbal Homicide, Rock-Steady Bakunin, MC Klandestin / pada peta sirkuit boombox para B-boy kami adalah Fretilin dalam kacamata Bakin /

Makhnovist yang melukis realisme sosialis diatas kanvas Dada / Post-Mortem Hip-Hop takkan pernah berkaca bersama Fukuyama / dialektika kami tanpa radio dan visualisasi anti-HBO / tanpa agenda politik partai yang membuat Mussolini membantai D'Annunzio / juga korporasi multinasional yang menjadikanmu lubang senggama / kooptasi kultur tandingan yang berunding dalam gedung parlemen Partai Komunis Cina / yang mereproduksi Walter Benjamin ke tangan setiap seniman Keynesian / yang mensponsori festival insureksi dengan molotov cap Proletarian® / instruksi harian dalam mekanisme kontrol pergulatan menuju amnesia / lupakan Colombus, karena Bush dan Nike® telah menemukan Amerika® / inkuisisi mikrofonik dalam kuasa estetika / yang merevolusikan pola konsumsi menjadi intelektualisme organik seperti Gramsci / ekonomi membuat kami mendefinisikan otonomi pada mesin foto kopi / rima anti-otoritarian memandikan bangkai Hiphop® yang tak pernah kau otopsi / membaca peta kekuasaan seperti KRS-ONE dan MC Shan / sambil meludahi modernitas seperti Foucault diatas neraka Panopticon / ketika Moralitas® telah berubah menjadi candu seperti Marxisme® dan Agama® / maka MC mengambil mikrofon dan melahirkan tragedi dari puncak Valhalla / karena Ardan® dan kalian hanya akan melahirkan kombinasi busuk seperti Iwan / dan Djody, dikotomi antara Farakhan, Amrozy, dan Nazi / bongkar paksa setiap parodi labirin eforia sensasional Harry Roesli / B-boy semiotika artifak simultan antara ekstasi dan revolusi / setiap properti privat adalah galeri dan merubah eksistensi / menjadi pertahanan paling ofensif para Darwinis yang menolak menjadi partisan /

Saya teringat saat awal 80-an, entah tahun berapa tepatnya, didekat sebuah SD Inpres dekat rumah terdapat sebuah lapangan volley dimana setiap sore diadakan acara breakdance yang selalu saya tonton sebelum saya pulang sekolah. Saya tak pernah bisa breakdance dan memilih untuk duduk dipojok dekat sebuah tape besar yang memasok ritme bagi mereka yang berpartisipasi di atas lembaran kertas kardus. Saya selalu ingin memiliki tape jenis itu, yang tak pernah saya dapatkan hingga setahun kemudian, justru saat demam breakdance sudah mulai habis, ketika ayah saya pulang dari pasar loak di Cihapit membelikan sebuah boombox sebesar jendela dan sebuah soundtrack film Tari Kejang sebagai hadiah ulang tahun. Saya sangat bangga dengan boombox itu terlebih ketika melihat boombox yang hampir mirip dipakai LL.Cool.J untuk sampul album pertamanya, 'Radio, hingga hampir setiap hari saya bawa kemanapun saya bermain, meski tanpa baterai sekalipun. Dan memang demam breakdance melenyap, karena 'era'-nya sudah lewat dan 'Jack The Ripper', 'King of Rock' dan 'Rebel Without A Pause' pun tidak cocok untuk breakdance dan boombox itu berubah fungsi menjadi sebuah tanda tak langsung untuk mengatakan bahwa lagu yang diputar teman tetangga saya sucks. Wham sucks, Lionel Richie sucks. Memasang musik hingga indikator volume memerah. Dua dasawarsa telah lewat, boombox itu telah rusak dihajar umur. Namun kami besar bersama hiphop yang sama yang pernah diputar di tape itu. Hiphop yang notabene sebuah kultur asing yang kami tak memiliki tradisinya, bukan wayang golek dan bukan kecapi suling. Hiphop yang sama yang mengenalkan kami dengan sebuah semangat menghajar kebosanan dan cara-cara verbal dan fisik menampar status quo dan sekaligus sebuah rasa cinta pada kehidupan. Hiphop yang bukan 'bling-bling' yang kami dengar di radio akhir-akhir ini dan yang berotasi di MTV Non Stop Hits. Ini semua membuat kami berandai-andai membayangkan jika seorang B-boy menenteng boombox, lagu apa yang akan mereka putar supaya dapat mewakili mereka merepresentasikan identitas mereka, album apa yang layak diputar sebagai soundtrack keseharian mereka sehingga dapat berbagi semangat dan perasaan pada setiap kawan yang mereka jumpai sekaligus seolah menampar setiap tikus-tikus konservatif yang mencoba menyuruh mereka mematikan boombox tersebut. Kemudian bayangkan kata 'B-boy' digantikan dengan 'setiap orang', jika memang benar konon 'setiap orang' memiliki hasrat. Hasrat yang sama yang kami rasakan hari ini ketika kami menginginkan sesuatu. Sesuatu yang bukan bagian dari sebuah dunia lama yang usang, status quo yang menghalangi kami mendapatkan hasrat. Hasrat untuk lepas dari tirani ekonomi, hasrat untuk lepas dari kontrol, lepas dari imbas kebijakan para segelintir elit dan opresi otoritas, lepas dari kewajiban sok moralis, dari ketakutan terhadap bom yang setiap saat dapat meledak didepan teman dan keluarga kami, lepas dari usaha-usaha penyeragaman dunia, dari kontrol dan imbas manusia-manusia yang berlomba berkompetisi untuk mengejar hasrat-hasrat mereka, dari hegemoni negara dan korporasi, lepas dari kooptasi para mencret-mencret dasamuka bisnis untuk kemudian membayangkan setiap orang bekerjasama, berko-operasi untuk setiap kebutuhan dan hasrat mereka. Sebut itu utopia. Namun yang pasti hasrat itu kali ini harus kami capai bukan dengan sekedar duduk dan menunggu karena saya yakin ia tak akan pernah datang dalam bentuk kado ulang tahun. Now I got the brand new box and i'm about to pass it. Make sure everything remains raw then gimme ya playlist.

ALTAR RUINS

the medium cuddles ya with the imperial massage / mirror imaged a serious-head-concussioned god in the daily mirage / an extra-large style on top of triple-barrage / red coated fat-ass fillin' chimneys with fudge / forget the grudge / got proletariat ambushed by television and booze / remain seated with a pedestrian chant about enjoying the boat cruise / 9 to 5 lifestyle accustomized no customers curfew / commercial laughter stashed behind the scheme of a murderous issue / Smithian legacy addressed me as the 21st century's heresy / switchin' frequency at mono for maximum density air superiority / bullshitin' off that Thatcherism, got institution evokin' pysician / to bought-up techno-capital technicians / them devious-hearted will beat ya with a backward journey to the future / givin the reality a permanent neck-bite, providing a static legal adjustment / bumrushin' Picassos for winter house improvement / like gasoline-cocktailin' cop station as a weekend entertainment / MC's strive for precision, but still caught-up within / 24-7 latest version of billboards encirclement / a misleading paramount, praise the fuckin' sermon / disciples of god re-write revelations with abundance of testosterone / even when McDonalds® restaurant occupies the lines of your Holy Quran / muthafucka still lack of skill in readin' between the lines / I Downset my tools to speak no dead language / skilled to pay no altar bill, I rock more party than communist Mao doin' damage /

I mosh ideas to the most lethal pit, / godspeed Hamlets who rockin with the black acid / snake spit venom at god and snitch / slit the throat of a king, i bleed my sickest blood / yer gutz rot and roll on white sheet / found guilty, passing guillotine / massive damage on masses / split the classes of dumb, deaf and blind elephants / makes illogic relevant to tha last caveman to hit the pavement / with eye-con, clandestine on basement / tounge-twistin the filthy, silly-slap tha poverty of your philoshophy / necronometry, bodycount your fuckin purity / discordance axis of praxis holocaust / revolt without a pause / lets make sure them fascist maggots pay the cost / the lost Necropolis projectiles, ruined altars, rotten carcass / the morbid flow on the higher Maracas / with the abandoned trusts plus abundance of lust / I.M.F meeting crushed for fair-trading guts for torches / smell the corpses, my graveyard discourses split wigs / like Moses split seas, burn the racists like the KKK burnt the crosses / posses Death like fuckin Napalm / call me the Master E.N.T of Ceremony be droppin bombs like Nam / consume amount of options and Pylox® toxins / they call me the Flow-letarian ambush ya Marxist doctrines / inverted infects shaping too complex a movement like / off-the-top Bergman ripped the Bolshevik-type project endorsement / i be god throwing bolts on the next phropecies coped / on the next national vote when the ballot taken with the chapped throats / buy or sell, fuck it - i shoplift some Orwells® / lets uplift some cartel activisms / call me Hakim Bey of the microphone-sufism / cuz your leftist-book selections only rock a pathetic insurrection / the plastic mass gone fascist, catacomb blaspheme / i found the passion in dancin' over the tomb of Stalin /

Dunia ini adalah sebuah altar, secara nyata atau secara metafor, dan kita berada diatas sebuah reruntuhan yang masih tetap mencoba membangun dirinya kembali dengan tumbal-tumbal sejarahnya. Reruntuhan semua ide-ide totalitarian yang sekarang bergerak sibuk ber-resureksi atas nama tata dunia baru, demokrasi, moral, massa, rakyat, agama, surga, perkembangan ekonomi, bunga bank dan pesona deodoran. Sebagian mendomplengi globalisasi dan sebagian bergerak diatas tribalisasi. Perang lama dengan elit baru yang selalu membutuhkan serdadu, pahlawan, reproduksi mesin-mesin perang mereka dan tentu saja, tumbal. History 'is history'!! Representasi dan identitas menjadi sebuah persembahan dalam ritual mutlak bagi altar manusia modern. Kualitas tak dituju melalui kuantitas, tetapi kuantitas merefleksikan kualitas itu sendiri.Tak heran mengapa imej begitu memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Resureksi atau lebih tepatnya lagi revival dari ide-ide totalitarian tak lebih dari perwujudan romantisme seperti halnya sosok seorang Megawati yang dirindukan oleh para pengikut Soekarno. Sebuah 'cover song' yang telah begitu menjijikan untuk dapat menjadi sebuah 'hit' kembali!! Who needs ideology if the ideas are in everyone's mind? Terlalu lama manusia menjadi objek dari ide-ide tanpa pernah memperlakukan dirinya sebagai subjek dari ide itu sendiri. Terlalu sentimentil dalam memilih produk yang mampu merepresentasikan dirinya tanpa pernah menggali potensi kekuatan dibalik redefenisi atau bahkan dekonstruksi, terlalu lama menjadi bagian dari sebuah entitas yang bernama 'massa' tanpa menyadari eksistensi dirinya sebagai seorang individu. Jika 'in-versi' hanya akan melahirkan kooptasi lainnya seperti halnya Punk-Rock® dan upaya-upaya in-versi lainnya, maka versi membutuhkan sebuah sub-versi. Karena takkan pernah cukup untuk hanya membalikkan sesuatu tanpa pernah menyentuh maknanya. Sesuatu yang terbalik tidak selamanya memiliki kapasitas negatif. Tetapi, seperti ucapan Ani DiFranco bahwa, 'every tool is a weapon if you hold it right'. Sebotol Coca Cola akan memiliki makna yang berbeda jika terisi bensin dan secarik kain. Reruntuhan altar ini dapat menjadi sebuah 'mosh pit' bagi segala sesuatu yang tak pernah dicap valid dalam kamus definisi jika manusia dapat menjadi 'Master of Ceremony' bagi dirinya sendiri. Track yang kami buat pada suatu sore ketika seharian memutar KRS-One, Quasimoto, Morbid Angel dan Carcass, pada hari yang sama ketika kami membaca sebuah artikel di sebuah harian tentang adanya rencana pemerintah membuat undang-undang yang akan mempidanakan seseorang yang tidak ikut pemilu dan mempengaruhi orang lain untuk ikut tidak mencoblos pada hari 'kiamat' itu. Hell yeah, seems like next year is madd interesting. Got ideas, anyone?

PURITAN (GODBLESSED FASCISTS)

adalah bagaimana manusia menyebut nama tuhannya : "tebas lehernya dahulu baru beri dia kesempatan untuk bertanya" / pastikan setiap tema legitimasi agama seperti hak cipta / supaya dapat kucuci seluruh kesucianmu dengan sperma / persetan dengan Surga® sejak parameter pahala / diukur dengan seberapa banyak kepala yang kau pisahkan dengan nyawa / kini leherku-lah yang membuat golokmu tertawa / target operasi di antara segudang fasis seperti FBR di Karbala / karena aku adalah libido amarahmu yang terangsang dalam genangan darah / selangkangan Shanty jika kau menyebut parang bagian dari dakwah / melahap dunia menjadi pertandingan sepakbola / penuh suporter yang siap membunuh jika papan skor tak sesuai selera / para manusia-unggul warisan Pekan Orientasi Mahasiswa / paranoia statistika agama, wacana-phobia ala F.A.K / B-A-K-I-N tak pernah bubar, mewujud dalam nafas kultural / persis wakil parlemen yang kau coblos dan kau tuntut bubar / partai bisa ular, belukar liberal / Gengis Khan mana yang coba definisikan moral / persetankan argumentasi membakar bara masalah / dengan kunci pembuka monopoli anti-argumen komprehensi satu bahasa / instruksi air raksa mereduksi puisi hingga level yang paling fatal / kehilangan amunisi, sakral adalah ambisi / wadal modernisasi, program labelisasi Abu Jahal / distopia yang tak pernah sabar untuk menuai badai

aku bersumpah untuk setiap jengkal markas yang kalian anggap layak bongkar / dan setiap buku yang nampak lebih berguna jika terbakar / jika setiap hal harus bergerak dalam alurmu yang sakral / sampai api terakhir pun, neraka bertukar tempat dengan aspal / batalyon pembenci Gommorah sucikan dunia dengan darah / menipiskan batas antara kotbah dengan gundukan sampah / jika membaca Albert Camus menjadi alasan badan-leher terpisah / lawan api dengan api dan biarkan semua rata dengan tanah / lubang tai sejarah, memang dunia adalah / kakus raksasa nikahi bongkah kranium kerdil berpinak ludah / jika idealisme-mu tawaran untuk mengundang surga mampir / berikan bendera dan seragammu, kan kubakar sampai arang terakhir / sratus kali lebih dangkal dari kolom Atang Ruswita / seribu kali lebih busuk dari tajuk majalah Garda / untuk semua idiot yang berfikir semua ide dapat berakhir diperapian / tak ada dunia yang begitu mudah untuk kalian hitamputihkan / mendukung keagungan layak Heidegger mendukung Nazi / propaganda basi, wahyu surgawi dengan bau tengik terasi / jika suci adalah wajib dan perbedaan harus melenyap / maka jawaban atas wahyu parang dan balok adalah bensin, kain dan botol kecap/ yo, fasis yang baik adalah fasis yang mati / fasis yang baik adalah fasis yang mati / fasis yang baik adalah fasis yang mati / tunggu di ujung jalan yang sama saat kalian mengancam kami /

Lagu ini ditulis pada pertengahan tahun 2001 lalu. Ketika terjadi fenomena pemberangusan gerakan 'pro-dem' (whatever the fuck that means), dan sweeping plus pembakaran buku-buku yang dicap 'kiri' oleh beberapa golongan yang berlindung dibalik topeng moral agama dan nasionalisme. Tak hanya sekedar itu, dengan dukungan propaganda massif lewat media massa (para elit mereka notabene merupakan pemilik beragam media massa lokal), mereka juga melakukan penganiayaan, pemukulan, penculikan bahkan penyerangan dan pembongkaran markas-markas aktivisme di beberapa kota. Pada awalnya hanya sebagian kecil saja yang memberanikan diri menentang mereka secara terang-terangan namun pada akhirnya gelombang fasis baru ini direspon dengan perlawanan di basis akar rumput pada hampir setiap kota. Beberapa kawan menyarankan untuk tidak merilis lagu ini karena alasan klise; masyarakat kita adalah masyarakat religius, namun kami berargumen bahwa fasisme tak ada hubungannya dengan religius atau tidaknya sebuah masyarakat. Kultur religius tak harus dibarengi dengan tabiat Mussolini dan Stalin, dan kami pikir setiap orang pun dapat membedakan antara agama dan fasisme, terutama mereka yang selalu membuka ruang bagi perdebatan dan argumentasi. Kecuali memang jika kita dikelilingi oleh para fasis atau dalam kata lain masyarakat kita hari ini adalah wujud lain dari gabungan pasukan Ariel Sharon dan Neo-Nazi. Itu sudah beda masalah. Lagu ini kami dedikasikan pada mereka yang pada hari-hari tersebut berada digaris depan, mulai dari Medan, Lampung, Jakarta, Bandung, Jogja hingga Surabaya. Keep ya head up, brothers. Stay Strong.

SEMIOTIKA RAJATEGA

MC hari ini lebih banyak memakai topeng dari Zapatista / hampir sulit membedakan antara bacot patriot dan miskin logika / bicara tentang skill dan kompetisi, mengobral sompral / jatuh setelah berkoar, lari dengan ujung kontol terbakar / MC butuh federasi dan breakbeats berdasi / untuk sekantung wacana basi dan eksistensi / MC Tampon, mencoba membuat mall menjadi Saigon / amunisi tanpa kanon, mucikari martir yang gagal mencari bondon / sarat kritik, kosong esensi seperti kotbah kyai Golkar / bongkar essay kacangan lulabi usang pasca makar / gelora manuver rima Kahar Muzakar / tak akan pernah dapat menyentuh beat pembebasan B-Boy Ali Asghar / hiphop chauvinis, kontol kalian bau amis, memang tak akan pernah habis / persis duet Hitler tanpa kumis dan Earth Crisis / krisis identitas, menyebut teman nongkrongnya 'niggaz' / sebut dan diss nama kami, kubuat bacot kalian karam seperti Tampomas / berusaha setengah mati menjadi negasi / berlindung dibelakang pembenaran interpretasi, basa-basi / mengobarkan kebanggaan dengan microphone terseret / tak sabar menunggu saat monumental kalian berduet dengan Eurrico Guterrez /

ternyata rencana invasimu lebih meleset dari konsepsi / dan prediksi partai marxist akan kematian borjuasi / melemparkan invitasi MC pada setiap rima / dan Homicide masih mendominasi sensus kematian populasi akibat rajasinga / MC adalah negara yang membuat kontradiksi tak pernah benar / tanpa menifestasi yang sesubstansial gerilyawan maoist di Nepal / lirikal neoliberal, yang memaksa indeks lirikmu turun drastis / dan terlihat lebih dungu dari logika formal, terlalu tipikal / dan masih jauh dibawah horizon minimal / memiliki nasib yang sama dengan PSSI dalam kancah internasional / hadirkan konfrontasi maka MC lari mencari pengacara / dan mengakhiri argumen dengan histeria seperti Yudhistira tanpa hak cipta / jangan berharap unggul dengan skill bualan ala TV Media / yang membuat kau dan Iwa tersungkur dalam satu kriteria / representasi yang membuatmu nampak seperti fatamorgana / membuat setiap microphone battle berakhir dengan wajah yang sama / persetan dengan persatuan, hiphop hanya memiliki empat unsur / dua mikrofon, kau dan aku, tentukan siapa yang lebih dulu tersungkur /

memang memuakkan melayani diplomasi scene lawakan / tapi pasti kalian dapatkan jika kalian menginginkan konflik atas nama kebanggaan / bidani bacot murahan tentang imortalitas hiphop seperti liang dubur / pahlawan kesiangan yang membuat lagu lama konservatif keluar liang kubur / karena aku adalah seorang kapiten neraka / mematahkan pedang panjang para lokalis duplikat dan plagiat para Wu-Tang / label adalah reduksi, komoditas residu industri / kultural hegemoni, membidani oponen dalam posisi / Prosa pramudya yang bukan Ananta Toer / Mengepal jemari meski dengan batas teritori yang terkubur / arwah objek kritik lapuk layak sosialisme ilmiah / kalian ancam kami dengan lulabi akidah / paku dalam bingkai kaca keagungan moralitas, persetan kuantitas / kematian memang identitas yang tak perlu imortalitas / memenej kalbu tanpa kotbah Aa Gymnastiar/ menembus urat nadi distribusi tanpa harus membuat izinku terdaftar / MC menabur bensin dan tak pernah punya nyali menyalakan korek / membacot dibelakang punggung lebih parah dari CekNRicek /

A respond to whom it may concern. The microphone business as usual. Kalian jual, kami beli.

FROM ASHES RISE

A mere appandage flesh on the machine of iron / we dont need no more blueprint to rock the so-called revolution / whoever they vote for, we're ungovernable / since the rebels themselves are so predictable / we be like the Ruckus Society engages in chains of alliance / or be like the Autonomedia cracking the fucking movement / or be like the affinity posse self-sustaining our world / passing the torch, spreading the words / that this New World Boredom is sloppy / we used to slang rocks to cops / we used to break down the Blocks / now we're dismayed and get fucked over burn-out topics / we left the boombox disbanded / fuck the preaching-to-the-converted bullshit / now here's the massage: rock harder, party harder / organize more allied fists and burn down them borders / kept my rhymes dissin and my cocktails swingin / keepin contradictions kickin outta hype they all believin' / I be swimmin at the beach beneath the paving stone / rock my way out like Cypress Hill in Skull N Bones / full scale battle, making my days of war and nights of love / cuz its not a party matter, givin this house of pain a mad-hatter / in the twilight of Asia the spectre still hauntin / demanding the impossible with my steady rockin / microphone that don't answer to no state nor institution / cuz if I cant dance to it then its not my revolution / kept my rhymes dissin and my cocktails swingin / keepin the contradictions kickin outta hype they all believin' / track-bombin hiphop beyond the good and evil / cuz market be makin feeble MCs, the casualties of capital / never have them faiths for them heavens to come / insurrect total resistance like godless Taliban and Saddam / expect the blue collar then face your demise / spawned from the ashes, we shall arise

my homeboy rocking Xeroxs …Rise !!! / fighting Black Bloc in Genoa …Rise !!! / my brothers battling I.S.A in Malaysia …Rise !!! / all ya'll D.I.Y militias …Rise !!! / Madd media guerillaz …Rise !!! / Food Not Bombs worldwide yo …Rise !!! / Every fighters all over Indonesia …Rise !!! / Rise !!!

With or without smashed windows, a building is a building, but a building can't take its form without a foundation. Apart from that, in an attempt to bring a whole building down, smashed windows are better than the unsmashed ones. Priority is out of the question when the question is out of priority. So who knows if smashed windows could give way to reach it's very foundation? If the revolution is about bringing a building down and burn it to the crisp, then it's not about doing the right thing but it's about doing the things right since bringing a building down had not always been the right thing to do. What makes it right is how it's done. Keep in mind that boredom is always counter-revolutionary!! It worth another tries!! This track is a simple battle cry, a shout out to my peeps who kept the struggle alive.

------------------------------------------------------------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar