sesungguhnya suara itu takbisa diredam mulut bisa dibungkam namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku
suara-suara itu tak bisa dipenjarakan di sana bersemayam kemerdekaan apabila engkau memaksa diam
aku siapkan untukmu : pemberontakkan!
sesungguhnya suara itu bukan perampok yang merayakan hartamu ia ingin bicara mengapa kaukokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu menuntut keadilan?
sesungguhnya suara itu akan menjadi kata ia yang mengajari aku untuk bertanya dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya apabila engkau tetap bertahanaku akan memburumu seperti kutukan

Label

SEARCHING BAND

25/05/12

DOMESTIK DOKTRIN - MANUFAKTURING KARMA' EP

like this and download . . .. !!
----------------------------------------------------------------------------------------------------

Ready For The Geek Attack?
It was me, the one who's being humiliated/ guilty as charged as my haircut brushed your echo belly/ celebrity's corridor's casualties/ non-conformist-driven assault terrorizing hundred dollars fancy outfit/ Remember us?/ did it ever occur you, throwing sarcastic smile right at our face, pseudo fascism behind Calvin Klein tight clays/ exclusive rich son of a bitch!/ You better watch your step!, stand hard never look back/ are you ready for the "geek attack"?.

*Sentakan maut bagi para fundamentalis-sok-paling-hebat di sekitar kita, terutama di tempat tempat kita bersosialisasi, kampus misalnya, atau lingkungan lainnya. Dimana "kulit" lebih banyak dilihat sebagai "pengukur" superioritas seseorang, juga sebagai fondasi pembentuk impresi, seperti : "baju apa yang dia pakai", "pakai mobil apa?", "pake handphone atau enggak?", kulitnya putih atau hitam?", "langsing atau gendut?" etcetera.
Ukuran-ukuran tersebut merupakan bentuk dari "hiperrealitas" menurut Yasraf Amir Piliang atau "ketidakwarasan yang disadari". Ini merupakan bentukan dari akibat masyarakat komodifikasi dimana "image" lebih didahulukan, bahkan dituhankan, dibandingkan realitas atau kenyataan. Sebagai contoh, kenyataan bahwa orang Indonesia ,yang merupakan bagian dari ras Malayan Mongoloid, berkulit sawo matang, dikalahkan dengan membentuk citra bahwa yang cantik/tampan itu orang yang kulitnya putih. Maka lahirlah produk-produk pemutih kulit yang tidak jelas asal-usulnya dengan propaganda melalui iklan yang secara dramatis mempengaruhi orang yang melihatnya.
Why can't we just see people from what they are?!!!!!!
*"Labeling" seems to be a popular thing in this modern day society. 


Profound Effect
Never occurred you life can be diminutive/ one minute you were borne/ few seconds ahead your funeral's paving the path/ If I had a time machine I would go back to the glory days of the 80's/ the notorious days of Scott Baio and Soeharto's dictatorship/ Nostalgic dream awakening/ you and I seriously/ financially crippled, psychologically astonished, in spite of that tremendous era, those were not the moment.

---long live the 80's TV heroes!!!!!!!!!!---from Scott Baio to Eric Estrada to Dwight Schultz. 

Did I have a delightful conversation with Timolty McVeigh right after his death penalty?
Percakapan "sesat" inter-dimensi dengan tokoh dibalik pengeboman gedung Alfred P. Murrah di Oklahoma tahun 1995 yang mengakibatkan korban ratusan jiwa. Timothy McVeigh dikenai hukuman mati melalui suntikan zat mematikan pada sekitar bulan Maret-April 2001 yang lalu. Hukuman mati ini diterapkan kembali setelah berpuluh-puluh tahun dikarantina. Simpati selalu ditujukan kepada korban pengeboman tersebut dan dimanapun. Terlepas dari kontroversi apakah hukuman mati memang diperlukan atau tidak, baik melalui sudut pandang organisasi hak asasi manusia seperti Amnesty International, kita harus selalu mempertanyakan fungsi dari lembaga/institusi negara yang membuat hukum dan eksekusi, apakah selalu untuk kepentingan orang banyak?. 



Mess with the best, end up like the rest?
Never look the mirror…you Mister Bully Bush!
The National Missile Defense, just another irrational absurdity/ taking out for a peaceful co-existence yet burning up the world in hostility/ The Kyoto protocol agreement considered nothing but a waste of paper/ Never looked in the mirror…you're the problem for damaging environments/ the green house effect, you tell me is just an ancient saving prayer/ Well tell us Mr. Bully Bush!, or should I call you the Toxic Texan? do you have any right for putting the test of the death penalty/living a life with no rice to consume is the common symbol for a third world country/ #with bullets flying over head/ every egocentric step that you take… will be leading our vanishing atmosphere to a sensitive death/ Mr. Bully Bush you're better off dead!/

*Dengan naiknya George W. Bush ke tahta kepresidenan Amerika Serikat menimbulkan arah dan peta geopolitik baru negara yang disebut sebagai "polisi dunia" ini. Dengan menolak masuk perjanjian Protokol Kyoto dan baru-baru ini dengan sengaja keluar dari perjanjian ABM (Anti Balistic Missile), Bush Jr. semakin memperjelas eksistensi arogannya. Negara-negara yang dikatakan sebagai "negara" pengacau karena dituduh mengembagkan senjata nuklir dan terorrisme seperti Iran, Libya, Afghanistan & Irak, walaupun ini hanyalah perminan bahasa media yang disebut oleh Noam Chomsky dan Walter Lippman sebagai Newspeak, dibombardir terus menerus baik secara fisik, ekonomi maupun politik. Tanpa berkaca kepada diri sendiri, sebneranya pemerintah Amerika Serikat yang mengembangkan potensi timbulnya perang nuklir kembali, seperti kebijakan NMD, dibandingkan menciptakan perdamaian (war-free world). Jadi siapa pengacau yang sesungguhnya???
*With the inauguration of George W. Bush as the 43rd president of the USA, this so-called the most democratic country in the universe has established a system which dominates geopolitical development in every corner of the world. 

Lupus Untuk Pemula (Buku petunjuk manual yang sangat direkomendasikan bagi para pembunuh "Saturday Night Fever")
Definisi "cinta" digambarkan ecstasy bagi kehidupan seumur jagung/ komodifikasi "I love you" dalam sinetron yang tak pernah berujung/ konflik cinta "on & off" sampai takhayul pria/wanita dikemas di setiap episode yang tak pernah rampung/ gambaran "renaissance"nya korban-korban cuci otak televisi vakum/ Berlomba menuju dunia fiksi 14"/ jingle iklan hotline biro jodoh tanpa basa-basi/ get a life bung!, bangun subuh pergi ke pasar pagi-pagi/ opera sabun kalah hebat dibanding realitas tak terpungkiri.

*Terlepas dari jargon metaforis yang dipakai diatas, "Lupus", inti dari lirik ini adalah sebuah fakta yang tak dapat dipungkiri lagi bahwa standar-standar yang dipakai dalam mengukur sebuah "rasa" cinta telah diputarbalikkan. How frequent are you taking your girlfiend/boyfriend to the movies? Dinner at a fancy restaurant? Not to mention flowers and chocolates every Saturday night along with John Travolta's licking-ass Saturday Night Fever disco time?…… (Pendapat diatas sangat subjektif, jangan terbawa overgeneralisasi. Make up your own mind! I could be wrong.) 

Kumpul Tanpa Kebo
Sikat sini, sikat situ/ sweeping kiri, sweeping kanan/ hentak itu, larang berpikir/ sumpal mulut tidak lagi pakai isolasi/ haruskah kita mengikuti polarisasi dan berkontradiksi?/ atau terpaksa keras mengikuti kata hati?/ jika memang produk ilmiah dituduh meracuni/ bakarlah semua aikon sains-fiksi/ oleh karena itu mari kita……
Kumpul tanpa kebo (4x)
Kekhawatiran tak berdasar memang melandasi/ menggambarkan karikatur yang tak sedap serta pucat pasi/ mengerutkan dahi juga bagian dari hak asasi/ sebab itu mari kita….Kumpul tanpa kebo (4x)

*Sweeping yang dilakukan oleh beberapa kelompok masyarakat atau oleh media massa disebut sebagai "fundamentalis" terhadap buku-buku yang mereka klasifikasikan sebagai buku "kiri", beberapa waktu yang lalu, menimbulkan banyak pertanyaan. Salah satunya adalah, apa yang menjadi batasan dari "kiri" sendiri? dari perspektif mereka atau secara universal. Salah satu buku yang kena sasaran mereka adalah "Pemikiran Karl Marx" oleh Franz Magnis Suseno. Jika Karl Marx menjadi aikon indicator apa-apa yang termasuk ke-kiri-kirian, lalu mengapa buku Franz Magnis menjadi korban sweeping, padahal jelas-jelas disitu beliau melakukan kritik terhadap pemikiran Karl Marx sendiri. Fakta ini mengarahkan kepada pertanyaan yang kedua, DID THEY EVER READ THE FREAKIN' SO-CALLED "LEFTIST" BOOKS? sebelum mereka melempar wacana "sapu-menyapu". Jelas ini pembodohan. 

Ulama Sirkus
"Siap…! Sudah sesuai dengan petunjuk Bapak!"
"ya…ya…ya! Beres…beres…beres…beres!"
Asal Bapak senang!

Simbolisasi sorban sudah tak dapat diberi arti/ Terakui memang korban kooptasi/ Hanya bisa mengangguk dan salam tiga jari/ Alih-alih balik mengkritisi/

Pragmatis moralis???/ Bagaimana mungkin bisa terjadi?/ Dua mata koin yang berkontradiksi/ Ya…sudah, kalau memang ini tradisi, makan tuh nilai basa-basi!!!

*Tidak banyak yang perlu dijelaskan mengenai hal ini kecuali satu hal, menjadi "anjing piaraan" penguasa memang lebih menyenangkan sepertinya…. Didedikasikan kepada orang-orang yang hanya mengangguk dan berkata "ya, oke, apa kata bapak" demi mendapatkan posisi yang bagus di masyarakat. Perlukah reposisi peran pemuka masyarakat???. 

Sepakat Untuk Tidak Sepakat
"Romli dan Juleha" bercinta satu malam/ Lebih dari praktek-praktek teori reproduksi sekam/ Tanpa disangka, tanpa diduga/ "Kitab Suci" para penangkal ke-penasaran-an luar biasa beredar/

Sepakat…tidak sepakat!!!
# Mereka bilang cabul didepan "umum", lalu siapa yang bikin "umum"?

Pornografi???/Lo…bukannya dokumentasi pribadi?/ Atau hanya karena bikin para birokrat fakultas memerah pucat pasi?/ Naas memang, tapi siapa kita berhak menghakimi?
* "Bandung Lautan Asmara", "Itenas VS Unpad", "Itenas 2001" or whatever,…sudah bukan menjadi rahasia umum lagi. Apparently, the girl on the video used to be my classmate. Terlepas dari siapa-siapanya, kasus ini menjadi kontroversi besar di kampus saya. Polemik timbul antara yang "membela" dan "menghujat"…sampai-sampai pernah diadakan "sidang" terbuka berbentuk talk show bebas. Lirik diatas tidak akan membela siapa pun, tetapi yang jelas, bahwa fenomena ini merupakan sebuah "tip of the iceberg" atau "fenomena gunung es". Masih banyak yang bisa kita temukan jauh dibawah "puncak" gunung ini, mungkin yang lebih sensasional. Jadi, mengapa kita harus selalu memposisikan kita sebagai "algojo" yang hanya melihat "hitam dan putih" dari satu masalah. Banyak faktor yang memicu timbul fenomena ini, jadi siapa kita??? Berhak menghakimi "dia" yang notabene menjadi korban produk budaya dan gencarnya tayangan-tayangan pendukung timbulnya masalah seperti ini. Mind your own business!!!
 
Lower Class Blues (350 years Reminiscent)
Never asked for…

Misplaced in an irreplaceable social hierarchy/ Let's blame the whole thing on feudalism/ Misled by heroes worshipper's indoctrination/ Let's blame it on V.O.C/ And its tremendous mind-masturbating curriculum/

And time….
Time's still passing by…
Remains singular for last

You blamed it on your life/ Vendetta will not die!
*Three hundred and fifty years of colonization by the Dutch Empire had left an enormous wound in the society of Indonesia in general. No doubt that the East Indian Company or VOC had a major contribution on establishing it. The Dutch East India Company, or Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), was founded in 1602 just six years after the first visit by a Dutch ship. Governor-General Jan Pieterszoon Coen established Batavia (now Jakarta) as the Dutch headquarters and attempted to take control of the spice trade by isolating the archipelago from the extensive international commerce in which it had participated-these efforts included the sinking of all vessels found in Indonesian waters. The Dutch Empire expanded both by direct force and through alliances with native rulers, and fortified trading posts, or factories, were opened throughout the archipelago. In the Moluccas and much of the rest of the eastern archipelago, Dutch trading rights were converted into political control but the VOC ruled indirectly for the most part. Local rulers retained their internal autonomy, collecting tribute for the company. The VOC was conducting an oppressive, not to mention, violating basic human rights of the native people. Yet recently, the Ducth Empirel conducted a "fancy" celebration on the 400th anniversary of V.O.C. Some might be skeptical and some might be critical facing this issue in Indonesia. Nevertheless, we tend to see that the particular celebration is more than just a celebration, it's a celebration of imperialism, racism, slavery, moreover, a celebration to the suffering of Indonesian people for more than three and a half centuries. Ya Basta!.

The Prank That Went Horribly Wrong
Purchased those freaking Prozacs out of your checking account/ Went to a psychiatrist to check my neuron count/ Gotta have it shaped like Calista Flockhart did on Ally McBeal/ Otherwise, I'll take those horse's pills/

Just don't put your stakes too high/ Thus, expectation won't lead to a scar/
*Orrin E. Klap once said that hero worship in the mass is frenzied and the cult of celebrities is so important in modern society (Collective Search Identity.1969) One devotee literally is nourished psychologically by his hero. Every moment of contact, every anecdote, every memento-even, perhaps a cigarette butt. Likewise, a touch is such precious memento to a hero worshiper, "I touched him…I touched him!" is the familiar cry that every celebrity hears when he is buffeted and bruised by crowds. Especially in Indonesia, moreover in any part of the world, this specific phenomenon has led people into a state of consumerism. Due to the impact of rapid advertising in mass media, more and more people identify themselves as slaves to celebrity's code of belief/dogma. They want to be just like those "hotties" whom they saw on Popular, Indonesian soap opera (Sinetron),and .etc.. Even in hardcore/punk scenes, this phenomenon truly exists.. Furthermore, a fan club, even when commercially inspired, is not a mere an association but basically a cult. I pity those people who are in that precise situation. You can see how depressing their lives are...... just kill your idols!!!.

------------------------------------------------------------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar