----------------------------------------------------------------------------------------------------
Ready For The Geek Attack?
It was me, the one who's being humiliated/ guilty as charged as
my haircut brushed your echo belly/ celebrity's corridor's
casualties/ non-conformist-driven assault terrorizing hundred
dollars fancy outfit/ Remember us?/ did it ever occur you,
throwing sarcastic smile right at our face, pseudo fascism
behind Calvin Klein tight clays/ exclusive rich son of a bitch!/ You better watch your step!, stand hard never look back/ are you ready for the "geek attack"?.
*Sentakan
maut bagi para fundamentalis-sok-paling-hebat di sekitar kita,
terutama di tempat tempat kita bersosialisasi, kampus
misalnya, atau lingkungan lainnya. Dimana "kulit" lebih banyak
dilihat sebagai "pengukur" superioritas seseorang, juga sebagai
fondasi pembentuk impresi, seperti : "baju apa yang dia pakai",
"pakai mobil apa?", "pake handphone atau enggak?", kulitnya putih atau
hitam?", "langsing atau gendut?" etcetera.
Ukuran-ukuran tersebut merupakan bentuk dari "hiperrealitas" menurut
Yasraf Amir Piliang atau "ketidakwarasan yang disadari". Ini
merupakan bentukan dari akibat masyarakat komodifikasi dimana
"image" lebih didahulukan, bahkan dituhankan, dibandingkan
realitas atau kenyataan. Sebagai contoh, kenyataan bahwa orang
Indonesia ,yang merupakan bagian dari ras Malayan Mongoloid,
berkulit sawo matang, dikalahkan dengan membentuk citra bahwa
yang cantik/tampan itu orang yang kulitnya putih. Maka lahirlah
produk-produk pemutih kulit yang tidak jelas asal-usulnya
dengan propaganda melalui iklan yang secara dramatis
mempengaruhi orang yang melihatnya.
Why can't we just see people from what they are?!!!!!!
*"Labeling" seems to be a popular thing in this modern day society.
Profound Effect
Never occurred you life can be diminutive/ one minute you were
borne/ few seconds ahead your funeral's paving the path/ If I
had a time machine I would go back to the glory days of the
80's/ the notorious days of Scott Baio and Soeharto's
dictatorship/ Nostalgic dream awakening/ you and I seriously/
financially crippled, psychologically astonished, in spite of
that tremendous era, those were not the moment.
---long live the 80's TV heroes!!!!!!!!!!---from Scott Baio to Eric Estrada to Dwight Schultz.
Did I have a delightful conversation with Timolty McVeigh right after his death penalty?
Percakapan
"sesat" inter-dimensi dengan tokoh dibalik pengeboman gedung
Alfred P. Murrah di Oklahoma tahun 1995 yang mengakibatkan korban
ratusan jiwa. Timothy McVeigh dikenai hukuman mati melalui
suntikan zat mematikan pada sekitar bulan Maret-April 2001 yang
lalu. Hukuman mati ini diterapkan kembali setelah
berpuluh-puluh tahun dikarantina. Simpati selalu ditujukan
kepada korban pengeboman tersebut dan dimanapun. Terlepas dari
kontroversi apakah hukuman mati memang diperlukan atau tidak,
baik melalui sudut pandang organisasi hak asasi manusia seperti
Amnesty International, kita harus selalu mempertanyakan fungsi
dari lembaga/institusi negara yang membuat hukum dan eksekusi,
apakah selalu untuk kepentingan orang banyak?.
Mess with the best, end up like the rest?
Never look the mirror…you Mister Bully Bush!
The National Missile Defense, just another irrational
absurdity/ taking out for a peaceful co-existence yet burning
up the world in hostility/ The Kyoto protocol agreement
considered nothing but a waste of paper/ Never looked in the
mirror…you're the problem for damaging environments/ the green
house effect, you tell me is just an ancient saving prayer/
Well tell us Mr. Bully Bush!, or should I call you the Toxic Texan? do
you have any right for putting the test of the death
penalty/living a life with no rice to consume is the common
symbol for a third world country/ #with bullets flying over
head/ every egocentric step that you take… will be leading our
vanishing atmosphere to a sensitive death/ Mr. Bully Bush
you're better off dead!/
*Dengan
naiknya George W. Bush ke tahta kepresidenan Amerika Serikat
menimbulkan arah dan peta geopolitik baru negara yang disebut
sebagai "polisi dunia" ini. Dengan menolak masuk perjanjian
Protokol Kyoto dan baru-baru ini dengan sengaja keluar dari
perjanjian ABM (Anti Balistic Missile), Bush Jr. semakin
memperjelas eksistensi arogannya. Negara-negara yang dikatakan sebagai
"negara" pengacau karena dituduh mengembagkan senjata nuklir dan
terorrisme seperti Iran, Libya, Afghanistan & Irak,
walaupun ini hanyalah perminan bahasa media yang disebut oleh
Noam Chomsky dan Walter Lippman sebagai Newspeak, dibombardir
terus menerus baik secara fisik, ekonomi maupun politik. Tanpa
berkaca kepada diri sendiri, sebneranya pemerintah Amerika
Serikat yang mengembangkan potensi timbulnya perang nuklir kembali,
seperti kebijakan NMD, dibandingkan menciptakan perdamaian
(war-free world). Jadi siapa pengacau yang sesungguhnya???
*With
the inauguration of George W. Bush as the 43rd president of
the USA, this so-called the most democratic country in the
universe has established a system which dominates geopolitical
development in every corner of the world.
Lupus
Untuk Pemula (Buku petunjuk manual yang sangat
direkomendasikan bagi para pembunuh "Saturday Night Fever")
Definisi "cinta" digambarkan ecstasy bagi kehidupan seumur jagung/
komodifikasi "I love you" dalam sinetron yang tak pernah berujung/
konflik cinta "on & off" sampai takhayul pria/wanita
dikemas di setiap episode yang tak pernah rampung/ gambaran
"renaissance"nya korban-korban cuci otak televisi vakum/
Berlomba menuju dunia fiksi 14"/ jingle iklan hotline biro
jodoh tanpa basa-basi/ get a life bung!, bangun subuh pergi ke pasar
pagi-pagi/ opera sabun kalah hebat dibanding realitas tak
terpungkiri.
*Terlepas
dari jargon metaforis yang dipakai diatas, "Lupus", inti dari
lirik ini adalah sebuah fakta yang tak dapat dipungkiri lagi
bahwa standar-standar yang dipakai dalam mengukur sebuah "rasa"
cinta telah diputarbalikkan. How frequent are you taking your
girlfiend/boyfriend to the movies? Dinner at a fancy
restaurant? Not to mention flowers and chocolates every Saturday
night along with John Travolta's licking-ass Saturday Night Fever
disco time?…… (Pendapat diatas sangat subjektif, jangan terbawa
overgeneralisasi. Make up your own mind! I could be wrong.)
Kumpul Tanpa Kebo
Sikat sini, sikat situ/ sweeping kiri, sweeping kanan/ hentak
itu, larang berpikir/ sumpal mulut tidak lagi pakai isolasi/
haruskah kita mengikuti polarisasi dan berkontradiksi?/ atau
terpaksa keras mengikuti kata hati?/ jika memang produk ilmiah
dituduh meracuni/ bakarlah semua aikon sains-fiksi/ oleh karena
itu mari kita……
Kumpul tanpa kebo (4x)
Kekhawatiran tak berdasar memang melandasi/ menggambarkan karikatur yang
tak sedap serta pucat pasi/ mengerutkan dahi juga bagian dari
hak asasi/ sebab itu mari kita….Kumpul tanpa kebo (4x)
*Sweeping
yang dilakukan oleh beberapa kelompok masyarakat atau oleh
media massa disebut sebagai "fundamentalis" terhadap buku-buku
yang mereka klasifikasikan sebagai buku "kiri", beberapa waktu
yang lalu, menimbulkan banyak pertanyaan. Salah satunya adalah,
apa yang menjadi batasan dari "kiri" sendiri? dari perspektif
mereka atau secara universal. Salah satu buku yang kena sasaran
mereka adalah "Pemikiran Karl Marx" oleh Franz Magnis Suseno. Jika Karl
Marx menjadi aikon indicator apa-apa yang termasuk
ke-kiri-kirian, lalu mengapa buku Franz Magnis menjadi korban
sweeping, padahal jelas-jelas disitu beliau melakukan kritik
terhadap pemikiran Karl Marx sendiri. Fakta ini mengarahkan
kepada pertanyaan yang kedua, DID THEY EVER READ THE FREAKIN'
SO-CALLED "LEFTIST" BOOKS? sebelum mereka melempar wacana
"sapu-menyapu". Jelas ini pembodohan.
Ulama Sirkus
"Siap…! Sudah sesuai dengan petunjuk Bapak!"
"ya…ya…ya! Beres…beres…beres…beres!"
Asal Bapak senang!
Simbolisasi sorban sudah tak dapat diberi arti/ Terakui memang
korban kooptasi/ Hanya bisa mengangguk dan salam tiga jari/
Alih-alih balik mengkritisi/
Pragmatis moralis???/ Bagaimana mungkin bisa terjadi?/ Dua mata koin
yang berkontradiksi/ Ya…sudah, kalau memang ini tradisi, makan
tuh nilai basa-basi!!!
*Tidak
banyak yang perlu dijelaskan mengenai hal ini kecuali satu
hal, menjadi "anjing piaraan" penguasa memang lebih
menyenangkan sepertinya…. Didedikasikan kepada orang-orang yang
hanya mengangguk dan berkata "ya, oke, apa kata bapak" demi mendapatkan
posisi yang bagus di masyarakat. Perlukah reposisi peran
pemuka masyarakat???.
Sepakat Untuk Tidak Sepakat
"Romli dan Juleha" bercinta satu malam/ Lebih dari
praktek-praktek teori reproduksi sekam/ Tanpa disangka, tanpa
diduga/ "Kitab Suci" para penangkal ke-penasaran-an luar biasa
beredar/
Sepakat…tidak sepakat!!!
# Mereka bilang cabul didepan "umum", lalu siapa yang bikin "umum"?
Pornografi???/Lo…bukannya
dokumentasi pribadi?/ Atau hanya karena bikin para birokrat
fakultas memerah pucat pasi?/ Naas memang, tapi siapa kita
berhak menghakimi?
*
"Bandung Lautan Asmara", "Itenas VS Unpad", "Itenas 2001" or
whatever,…sudah bukan menjadi rahasia umum lagi. Apparently,
the girl on the video used to be my classmate. Terlepas dari
siapa-siapanya, kasus ini menjadi kontroversi besar di kampus
saya. Polemik timbul antara yang "membela" dan "menghujat"…sampai-sampai
pernah diadakan "sidang" terbuka berbentuk talk show bebas.
Lirik diatas tidak akan membela siapa pun, tetapi yang jelas,
bahwa fenomena ini merupakan sebuah "tip of the iceberg" atau
"fenomena gunung es". Masih banyak yang bisa kita temukan jauh
dibawah "puncak" gunung ini, mungkin yang lebih sensasional.
Jadi, mengapa kita harus selalu memposisikan kita sebagai
"algojo" yang hanya melihat "hitam dan putih" dari satu masalah. Banyak
faktor yang memicu timbul fenomena ini, jadi siapa kita???
Berhak menghakimi "dia" yang notabene menjadi korban produk
budaya dan gencarnya tayangan-tayangan pendukung timbulnya
masalah seperti ini. Mind your own business!!!
Lower Class Blues (350 years Reminiscent)
Never asked for…
Misplaced in an irreplaceable social hierarchy/ Let's blame the
whole thing on feudalism/ Misled by heroes worshipper's
indoctrination/ Let's blame it on V.O.C/ And its tremendous
mind-masturbating curriculum/
And time….
Time's still passing by…
Remains singular for last
You blamed it on your life/ Vendetta will not die!
*Three
hundred and fifty years of colonization by the Dutch Empire
had left an enormous wound in the society of Indonesia in
general. No doubt that the East Indian Company or VOC had a
major contribution on establishing it. The Dutch East India
Company, or Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), was founded
in 1602 just six years after the first visit by a Dutch ship.
Governor-General Jan Pieterszoon Coen established Batavia (now
Jakarta) as the Dutch headquarters and attempted to take
control of the spice trade by isolating the archipelago from
the extensive international commerce in which it had participated-these
efforts included the sinking of all vessels found in Indonesian
waters. The Dutch Empire expanded both by direct force and
through alliances with native rulers, and fortified trading
posts, or factories, were opened throughout the archipelago. In
the Moluccas and much of the rest of the eastern archipelago,
Dutch trading rights were converted into political control but
the VOC ruled indirectly for the most part. Local rulers retained
their internal autonomy, collecting tribute for the company. The VOC
was conducting an oppressive, not to mention, violating basic
human rights of the native people. Yet recently, the Ducth
Empirel conducted a "fancy" celebration on the 400th
anniversary of V.O.C. Some might be skeptical and some might be
critical facing this issue in Indonesia. Nevertheless, we tend
to see that the particular celebration is more than just a celebration,
it's a celebration of imperialism, racism, slavery, moreover, a
celebration to the suffering of Indonesian people for more
than three and a half centuries. Ya Basta!.
The Prank That Went Horribly Wrong
Purchased those freaking Prozacs out of your checking account/
Went to a psychiatrist to check my neuron count/ Gotta have it
shaped like Calista Flockhart did on Ally McBeal/ Otherwise,
I'll take those horse's pills/
Just don't put your stakes too high/ Thus, expectation won't lead to a scar/
*Orrin
E. Klap once said that hero worship in the mass is frenzied
and the cult of celebrities is so important in modern society (Collective Search Identity.1969)
One devotee literally is nourished psychologically by his
hero. Every moment of contact, every anecdote, every
memento-even, perhaps a cigarette butt. Likewise, a touch is
such precious memento to a hero worshiper, "I touched him…I
touched him!" is the familiar cry that every celebrity hears
when he is buffeted and bruised by crowds. Especially in Indonesia,
moreover in any part of the world, this specific phenomenon has led
people into a state of consumerism. Due to the impact of rapid
advertising in mass media, more and more people identify
themselves as slaves to celebrity's code of belief/dogma. They
want to be just like those "hotties" whom they saw on Popular,
Indonesian soap opera (Sinetron),and .etc.. Even in hardcore/punk
scenes, this phenomenon truly exists.. Furthermore, a fan club, even
when commercially inspired, is not a mere an association but
basically a cult. I pity those people who are in that precise
situation. You can see how depressing their lives are...... just kill your idols!!!.
Baca Selengkapnya...
------------------------------------------------------------------------------------------------